“Apabila tak ada ketaqwaan dalam diri, mungkin kita bisa mulai dari belajar keistiqomaan dari diri orang lain”
(Wahyu Firmansyah)
Beberapa waktu lalu kita membahas artikel tentang Abdullah Chobir, pria berusia 82 yang tetap istiqomah menjadi muadzin di Masjid Jamik Gresik lebih dari setengah abad hingga saat ini. Kali ini kita akan menggenal seorang pria berusia senja bernama Mardzuki. Tidak ada yang istimewa dari pria berusia 83 tahun ini, penampilan sederhana serta balutan kain unik yang selalu melekat di kepalanya.
Pria kelahiran tahun 1932 asli Gresik ini merupakan seorang madzin pertama di Masjid Al Akbar Surabaya. Bapak dari seorange anak dengan tiga cucu ini menuturkan telah menjadi muadzin sejak tahun 1951 bahkan jauh sebelum Masjid Al Akbar Surabaya dibangun hingga semegah saat ini. Beliau secara resmi tercatat sebagai muadzin di Masjid Al Akbar Surabaya sejak tahun 2002 ketika Masjid Al Akbar mengalami pembangunan secara besar-besaran.
Dengan sepeda pancal berwarna merah dengan tulisan “Ayo Sholat Berjama’ah” pak Mardzuki menyusuri jalanan dari tempat tinggalnya di Sepanjang hingga Masjid Al Akbar Surabaya. Dalam kenangannya, beliau menuturkan bahwa dahulu sebelum dibangun semegah ini dan speaker masjid belum difungsikan dia selalu adzan tanpa bantuan pengeras suara hingga pada akhirnya warga yang iba selalu membawakan megaphone ketika beliau hendak adzan. Terkadang beliau jga harus berlarian ke PKL untuk meminjam petromax ketika masjid lampu mati karena masih dalam tahap pembangunan.
Sosok yang gemar menyanyi ini mengatakan tidak digajih selama menjadi muadzin, hanya setelah proses pembangunan beliau diangkat menjadi karyawan dan mendapat gajih. Selain menjadi muadzin beliau mendedikasikan diri mengajar ngaji dikediamannya di Sepanjang yang sangat sederhana. Masih dalam kenangannya, beliau sering terkena kotoran burung ketika tahap pembangunan atap masjid.
Beberapa kalimat sempat terucap dari bibirnya yang telah mengeriput “Meskipun badan ini mulai rapuh, tapi hati saya selalu terdorong untuk mengabdi kepadaNya, insyaallah saya ingin terus mengabdi di masjid ini (Masjid Al Akbar Surabaya) hinga ajal”, ungkap beliau dengan mata berkaca-kaca.
“Meskipun badan ini mulai rapuh, tapi hati saya selalu terdorong untuk mengabdi kepadaNya”
(Mardzuki)
Komentar
Posting Komentar