Langsung ke konten utama

Catatan Ringan dari "Pak Guru" Membangun Empati...

Dari mana kita harus memulai memperbaiki akhlaq seorang anak, pertanyaan itu sempat terlintas ketika bertemu salah satu praktisi pendidikan yang juga guru saya waktu kecil, sebut saja "Pak Guru" Setelah sekian lama kita berpisah dan mempertemukan kembali keruang pertemuan antara digital native dan digital immigrant, ketika dulu penuh kehangatan, nasehat mengalir ketika bertemu, kali ini lebih kepada hormat saya selaku murid untuk meminta nasehatnya. Karena kami tidak pernah menggunakan media komunikasi seperti Handphone untuk berkomunikasi (hehe...) 


"Suatu ketika saya pernah mengumpulkan seluruh siswa dan wali murid sesekolahan untuk melalukan edukasi dengan metode hipnotis" ujar pak guru bercerita. dan yang paling mengagetkan adalah ketika ternyata hampir sebagian besar siswa menjawab "pernah melihat video amoral" dengan pertanyaan terkait itu

dan jawaban pertanyaan selanjutnya adalah sebagian besar juga pernah melakukan aktifitas merokok. Tentu hal ini sangat mengagetkan apalagi sekolah tersebut masih tingkat SD Sekolah Dasar dan berada jauh di perkotaan 

Setelah banyak bercerita sayapun melontarkan pertanyaan selanjutnya, yang tidak jauh jauh dari isu pendidikan saat ini "bagaimana terkait dengan full day school", menurut versi beliau wacana seperti ini sangat bagus bahkan sudah ada yang menerapkannya seperti Sokolah Islam Terpadu

Namun jangan lupa kondisi saat ini secara fisik mayoritas masih banyak yang belum terpenuhi seperti penyediaan 2 guru perkelas sebagai  representasi kebutuhan kelas, pemerintah juga berkewajiban menyediakan tempat istirahat bagi guru seperti ruang tidur, begitu salah satu sran dari pak Guru 

walaupun saya tidak berkecimpung langsung dalam dunia pendidikan formal, setidaknya ada sebuah pertanyaan diawal tadi yang ingin sekali mendapat jawabanya. Diakhir pembicaraan tadi ada salah satu kata kunci yang sempat dilomtarkan, dibalik sikap baik anak di dalam rumah tentu bukan jaminan anak akan baik di luar lingkungan, sehingga proses yang harus ditumbuhkan adalah bagaimana seorang anak bisa memiliki rasa "empati" yang tulus dalam melihat keadaan 

Setidaknya dengan rasa ini akan menjadi tameng dan dorongan positif seseorang untuk senantiasa merasakan, bagaimana orang tuanya memeras keringat banting tulang mencari rizki untuk sekolahnya, bagaimana seorang guru harus berkorban dan tulus membimbing hingga selesai masa sekolahnya, bagaimana orang miskin merasakan lapar, dan perasaan emosi lainnya perlu ditumbuhkan dalam rangka membangun karakter generasi Indonesia

Kurang dari satu jam pembicaraan yang jarang kami lakukan ini, coba saya ingat dan saya tuliskan agar tidak lupa, suatu saat saya atau pembaca akan membutuhkan.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waspada! Ini 21 Penyakit dan Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan

INIGRESIK.COM – BPJS Kesehatan selama ini dikenal sebagai solusi utama pembiayaan layanan kesehatan di Indonesia. Dengan sistem asuransi non-komersial, masyarakat bisa mendapatkan pengobatan di rumah sakit tanpa perlu khawatir soal biaya. Namun, penting untuk diketahui bahwa tidak semua penyakit dan layanan medis dijamin oleh BPJS Kesehatan. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan , terdapat 21 jenis penyakit dan layanan kesehatan yang tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan . Hal ini perlu diketahui agar masyarakat tidak salah kaprah dalam mengakses layanan medis menggunakan BPJS. Daftar 21 Penyakit dan Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan Penyakit akibat wabah atau kejadian luar biasa. Operasi plastik dan tindakan estetika lainnya yang bersifat kosmetik. Perawatan gigi untuk perataan, seperti pemasangan behel. Penyakit akibat tindak pidana , seperti kekerasan fisik atau seksual. Cedera akibat usaha bunuh diri atau menya...