Langsung ke konten utama

Dinkes Tetapkan Gresik KLB Wabah Difteri

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gresik, Jawa Timur, menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) wabah difteri. Alasannya, sejak 2015 wabah penyakit menular itu terus meluas. Informasi Dinkes Gresik, pada periode 2015 penyakit difteri terjadi 13 kasus. Tahun 2016 terdapat 28 kasus dengen satu penderita positif. Bahkan, tahun 2017 ini sampai Desember terdapat 26 kasus, dengan satu orang dinyatakan positif. 

Kepala Dinkes Gresik Nurul Dhulam menyatakan, peningkatan status KLB itu sebagai bentuk kewaspadaan terhadapa difteri. Sehingga, terus ada pengawasan dan bentuk konkret pencegahan wabah penyakit teraebut. "Kami melihat ada kewaspadaan yang perlu kami sampaikan ke masyarakat," ungkapnya, Selasa (12/12/2017). Dijelaskannya, bila selama 2017 ini dari 26 gejala penderita tersebut tercatat 11 penderita berada di usia 14 tahun ke atas. Sisanya 15 anak di bawah usia 14 tahun. Dholam menjelaskan, bila difteri adalah infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan. Juga, terkadang dapat menyerang dan mempengaruhi kulit. 


"Difteri ini penyakit yang cukup berbahaya. Dan juga sangat menular, termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa. Karena itu masyarakat harus waspada,” terang dia. Lebih penting lagi bagi masyarakat, lanjut Dholam, penyakit ini bisa mengakibatkan kematian lantaran sumbatan saluran nafas. Sehingga menimbulkan komplikasi pada lapisan dinding jantung bagian tengah, gagal ginjal, gagal napas dan gagal sirkulasi. Pada kesempatan itu, Dholam juga menambahkan, bila gejala difteri bisa dilihat dari panas batuk, batuk pilek dan pembengkakan pada leher. 

Gejala itu bisa juga dilihat saat sakit waktu menelan. "Kadang-kadang disertai pembesaran kelenjar getah bening leher dan pembengakan jaringan lunak leher yang disebut bullneck," ungkapnya. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Gresik Mukhibatul Khusnah menambahkan, rata-rata yang terjangkit penyakit tersebut menyerang pada anak-anak. Untuk itu, pihaknya akan melakukan kewaspadaan dini, agar penderita difteri terus berkurang. 

 "Dengan cara mengamati penyakit yang KLB dan melaporkan perkembanganya setiap seminggu," tukasnya. Meski sangat menular dan dapat menyebabkan kematian, Mukhibatul Husnah menyatakan, jika pola pencegahanya dengan cara penanganan secara cepat. Lainnya, dapat dicegah dengan imunisasi rutin yang lengkap. "Khususnya dengan melakukan imunisasi dasar pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 18-24 bulan, dan usia sekolah dasar,” pungkasnya.

Sumber: Sindo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rancang Aplikasi Outbook Project , Siswa SMAN 1 Manyar Juarai INAICTA 2015

Rahadian dan Giri Dwi salah satu siswa SMAN 1 Manyar telah membuktikan rancangan karyanya berupa konsep Outbook Project memiliki nilai manfaat di masyarakat, ini dibuktikan dengan menjuarai Indonesia ICT Award (INAICTA) 2015 yang digelar kementrian Komunikasi dan Informasi (Kemen Kominfo) yang berakhir pada 9 September 2015 lalu Prinsip Outbook Project cukup sederhana yaitu menghubungkan obyek dengan aplikasi yang dibuat berbasis software unity 3D, yang kemudian dihubungkan dengan sebuah buku khusus yang bernama augmented reality (AR) yang bisa menghubungkan benda maya dengan lingkungan nyata ketika gambar gambar terekam dalam kamera akan secara otomatis muncul bentuk 3 dimensi dan detail rumus rumus yang ada didalamnya, sehingga akan memudahkan pelajar untuk belajar matematika yang terdapat banyak rumus Berikut para pemenang INAICTA 2015:  Untuk kategori Profesional  1. Health & Wellbeing: JKN APPS (Ketut Gede Budhi Riyanta)  2. Touris...