Jembatan Widang, Tuban, sudah ambruk. Rute kendaraan dari Lamongan ke Gresik dan sebaliknya beralih ke jalur pantura. Termasuk truk-truk bertonase tinggi. Jembatan Sembayat yang membentang di atas Sungai Bengawan Solo itu kini bergetar. Beban kendaraan menjadi berat. Pengendara waswas.
Getaran itu selalu terasa. Sebab, arus kendaraan yang melewati badan jembatan begitu padat, nyaris tak terputus.
Di dekat jembatan telah terpasang tulisan peringatan. Isinya, larangan kendaraan berhenti di badan jembatan. Belum diketahui siapa yang memasang tulisan tersebut. Yang jelas serius.
Mengapa? Informasi yang diperoleh Jawa Pos menyebutkan, Jembatan Sembayat Lama kali pertama dibangun pada 1990. Usianya sudah 28 tahunan.
Ada kekhawatiran jembatan itu akan ambruk seperti Jembatan Widang yang dibangun pada 1974.
”Ngeri juga berhenti di tengah jembatan. Setiap ada kendaraan berat yang lewat dari jalur berlawanan, jembatan bergoyang,” ujar Andriansyah, salah seorang pengendara sepeda motor, kemarin (18/4).
Mengapa Jembatan Sembayat ramai? Sejak Jembatan Widang ambruk pada Selasa (17/4), seluruh kendaraan berat dari Surabaya ke Tuban dialihkan ke jalur pantai utara.
Biasanya, mereka melewati Raya Duduksampeyan, Gresik, menuju Lamongan, lalu Babat, terus ke Tuban.
Sekarang rute kendaraan, khususnya kendaraan berat, beralih keluar lewat tol Manyar (Gresik), Paciran (Lamongan), Brondong (Lamongan), lalu ke Tuban. Volume kendaraan di Jalan Daendels meningkat drastis sejak Selasa malam. Mulai Manyar hingga Panceng.
Peningkatan volume diperkirakan mencapai dua kali lipat jika dibandingkan dengan sebelum Jembatan Widang rontok.
”Kalau bawa muatan banyak, tidak boleh lewat Widang.
Saya diarahkan lewat sini,” kata Mukhlisin, 34, pengemudi truk gandeng.
Jalan pantura Gresik menjadi jalur alternatif. Kepadatan terjadi dua arah. Yakni, Gresik arah Lamongan dan Lamongan ke Gresik. Arus lalu lintas mulai merayap. Kepadatan sudah terlihat dari exit tol Manyar. Sebaliknya, di arah Lamongan ke Gresik atau Surabaya, kepadatan sudah terlihat mulai Sidayu. ”Dari Sidayu ke sini (exit tol Manyar) hampir 2 jam,” tutur Fahrudin, sopir truk lain. Biasanya, waktu tempuh hanya 45–60 menit.
Jembatan Sembayat menanggung beban kendaraan lebih banyak. Kondisi itu mengkhawatirkan.
Sebab, usia jembatan tersebut sudah 28 tahun. Pada 2016 perbaikan hanya dilakukan 90 meter di antara 353 meter bentang jembatan. Jembatan Sembayat Lama menggunakan struktur rangka baja. Konstruksinya mirip Jembatan Widang, Tuban. Tidak ada batasan tonase kendaraanyangbolehlalu-lalang.Saatinipembangunan Jembatan Sembayat Baru (JSB) 2 belum selesai.
Kasatlantas Polres Gresik AKP Wikha Ardilestanto mengatakan telah mengantisipasi kepadatan lalu lintas di sepanjang Jalan Deandles itu. Satlantas telah memasang sejumlah petunjuk arah bagi kendaraan yang hendak menuju Tuban.
Petunjuk jalan dipasang di exit toll Kebomas, simpang tiga Cerme, dan simpang Terminal Bunder. Selain itu, kekuatan personel ditambah. ”Ada tambahan sepuluh personel di sepanjang pantura,” kata Wikha kemarin.
Titik kerawanan kemacetan juga telah dipetakan. Di antaranya, simpang empat Manyar Tugu. Sejak Selasa malam dipasang traffic cone sepanjang 350 meter.
Pengendara yang keluar dari Manyar Tugu arah Desa Peganden harus belok kiri. Kemudian, putar balik di dekat Mapolsek Manyar.
Pengendara dari Peganden harus memutar di depan SMK Yasmu, Manyar. Sistem itu pernah diterapkan di simpang empat Duduksampeyan dan berhasil mengurangi kemacetan. ”Kepadatan terjadi karena jalan alternatif satu-satunya untuk kendaraan berat yang harus lewat jalur pantura ini,” ungkap Wikha.
Sumber https//www.pressreader.com/indonesia/jawa-pos/20180419/282540133930718
Komentar
Posting Komentar