INIGRESIK - Saat banyak wilayah di Indonesia sudah mulai sepi usai puncak Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal, suasana berbeda justru terlihat di kawasan Kauman Gresik. Daerah yang berada di sebelah barat Alun-Alun Gresik dan tepat di belakang Masjid Jamik ini justru ramai dikunjungi masyarakat pada malam 8 Syawal.
Fenomena ini bukan hal baru bagi warga Gresik. Kauman — yang juga mencakup wilayah sekitar seperti Bedilan dan Tlogobendung — dikenal memiliki tradisi silaturahmi besar-besaran pada malam 8 Syawal atau yang biasa disebut Riyoyo Kupat oleh masyarakat setempat.
Asal-Usul Tradisi Malam 8 Syawal di Kauman Gresik
Menurut sejarah tata kota Gresik, Kauman dulunya dikenal sebagai perkampungan para alim ulama. Nama Kauman sendiri berasal dari istilah “kampung kaum beriman”, merujuk pada banyaknya rumah ulama yang tinggal di kawasan itu. Tradisi religi yang kuat ini masih lestari hingga hari ini.
Tak hanya di Kauman, istilah serupa juga dikenal di masa Kesultanan Giri. Di Dusun Kemudinan, Desa Sidomukti, misalnya, dulunya menjadi tempat tinggal para mudin atau pemimpin umat Islam. Kata “Kemudinan” pun berasal dari istilah tersebut.
Kenapa Justru Ramai di Malam 8 Syawal?
Tradisi ini berkaitan erat dengan puasa sunnah Syawal yang dilakukan oleh mayoritas warga Kauman dan sekitarnya. Banyak dari mereka yang menjalankan puasa 6 hari di bulan Syawal, dimulai dari 2 hingga 7 Syawal. Akibatnya, mereka baru mulai bersilaturahmi pada malam 8 Syawal, sesudah berbuka puasa.
Dari sabda Rasulullah SAW:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dan melanjutkan dengan 6 hari pada Syawal, maka itulah puasa seumur hidup.”
(HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi)
Malam 8 Syawal pun menjadi puncak keramaian silaturahmi di Kauman. Banyak tamu berdatangan, baik dari dalam kota maupun luar daerah, untuk saling unjung-unjung (saling mengunjungi) ke rumah keluarga, sahabat, dan para tokoh agama.
Jejak Kyai Baka dan Para Ulama Gresik
Tradisi puasa Syawal di Gresik ini dipopulerkan oleh seorang ulama besar, Kyai Baka, yang merupakan keturunan langsung dari Sunan Giri (Syekh Maulana Ainul Yaqin). Kyai Baka mewajibkan para santrinya untuk melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal sesuai sunnah Rasulullah SAW.
Kebiasaan ini dilanjutkan oleh para muridnya, seperti Kyai Zubair dan Kyai Salim Khatim Zamhari, dan terus dilestarikan oleh warga Kauman hingga kini. Di wilayah Bedilan, nama KH. Umar Thoha Hasan juga dikenal sebagai ulama berpengaruh yang menjadi rujukan utama saat momen Riyoyo Kupat tiba.
Tradisi Turun-Temurun yang Jadi Magnet Lebaran Khas Gresik
Tradisi malam 8 Syawal di Kauman Gresik kini bukan hanya sekadar budaya, tetapi juga menjadi identitas religi masyarakat kota santri. Warga dari berbagai daerah datang untuk ikut merayakan kebersamaan di malam penuh keberkahan ini.
Bagi warga Gresik, Riyoyo Kupat di malam 8 Syawal bukan sekadar unjung-unjung, tapi juga momentum mempererat ukhuwah dan menjaga warisan leluhur para ulama.
Komentar
Posting Komentar